Breaking News

Panglima Besar DPP RMN-LHMN Datuk Bukhari : LAM Riau Harus Kembali Mengenal Jati Diri Melayu



3k3 News|Bengkalis- Berdasarkan keprihatinan banyak pihak terkait kondisi dan situasi Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Bengkalis saat ini, banyak dari tokoh masyarakat sangat menyayangkan terkait kepengurusan yang sampai saat ini sudah beberapa kali terjadi kegagalan rencana Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) dan perpanjangan pejabat sementara (pjs) ditubuh kepengurusan lembaga terhormat tersebut. Sebagaimana saat media ini bertemu dengan beberapa tokoh masyarakat Melayu disuatu tempat ngopi di dalam kota Bengkalis, Kamis(14/11/2024). 

Saat bincang-bincang, Panglima Besar Dewan Pimpinan Pusat Rumpun Melayu Nusantara, Laskar Hulu Balang Melayu Nusantara (DPP RMN-LHMN) Datok Ir Bukhari Rasyid, akrab disapa Datok Bukhari, Datok Idham (DPD RMN-LHMN Kab. Bengkalis), Datok H.M.Khairuddin dan Datok Syahrial (Tokoh Melayu/Mantan Pengurus LAMR Kab. Bengkalis), menjelas apa itu Melayu, sejarah Melayu dan keprihatinan kondisi LAMR Kabupaten Bengkalis saat ini. 

Menurut Datok Bukhari, Jati diri anak Melayu sesuai dengan nama Melayu berasal dari Melayu kuno menurut berita yg di tulis kronik dinasti TANG Cina SDH ada tertulis nama kerajaan di Sumatra yg ditulis dalam aksara dan logat cina yaitu MO _LO _YOE pada tahun 644-645 M dimana letak Kerajan Melayu menurut Prof. Darmais, di candi Muara Takus Kampar Riau dan menurut Prof. Casferes, di Jambi sungai Batang Hari, kedua pendapat ini diakui oleh sejarah karna mempunyai bukti peninggalan sejarah. 

Riau menjadi pusat kegiatan Melayu terbesar wajar karena sejarah pada saat itu memang boleh dikatakan, sebelum Islam yang ada di pulau Sumatera sudah berakar di Asia. Kerajaan itu berada di Candi Muara Takus Riau Kampar.  

Sebagai orang Riau kita harus tahu, ditempat kita sendiri lahirnya Melayu , ini menjadikan Melayu terbagi dalam tiga bentuk, pertama melalui tempatan. Melayu Daerah dan Melayu Nusantara. 

Yang disebut Melayu Tempatan seperti Bengkalis, Dumai, Rupat, Duri, Bukit Batu, Selat Panjang Meranti, Pelalawan, Siak, Tembilahan, Rengat, Kuansing, Kampar dan lain-lain. 

Yang disebut Melayu Daerah seperti Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Deli Sumatra Utara, Aceh, Bengkulu, Palembang, Betawi Jakarta,  Kalimantan, Sulawesi dan lain-lain.

Yang disebut Melayu Nusantara, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai, Philipina, Thailand dan di kota Kanton Cina juga ada melayu yang disebut dengan Rumpun Melayu Austronesia. 

"Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) sendiri berdiri oleh para tokoh tua dahulu saat reformasi bertujuan untuk mengangkat harkat martabatnya jati diri Melayu, sehingga kepada pihak manapun yang berperan dalam Lembaga Adat Melayu Riau harus merujuk kepada anggaran dasar rumah tangga LAM Riau, " ucapnya.

Lanjut Datok Bukhari, "Seluruh paguyuban daerah seperti Jawa, Minang, Batak dan lainnya yang ada di Bengkalis ini, bukan berarti mereka tidak harus duduk sebagai pengurus tapi mereka di bawah payung LAM Riau, bergabung bersatu dalam mencapai tujuan mereka. Dan mengangkat Marwah Melayu sebagaimana semboyan Riau, "dimana Bumi di pijak maka disana langit kita junjung" , artinya tidak semuanya menjadi pengurus LAM Riau, sehingga kalau LAM Riau memasukkan orang tertentu di luar ADART, ini berarti merusak hati dari saudara kita sesama Melayu, karena orang Melayu ini sangat sensitif, jadi tolong lembaga ini lebih menjaga rumah tangga kita, " ujarnya tegas. 

Dan menurut Datok Bukhari, Kalau semua suku mau masuk dalam LAM, maka harus bergabung ke lembaga adat Melayu Nusantara dan bergabung dengan Panglima Besar DPP Rumpun Melayu Nusantara. 

"Melayu Riau itu punya jati diri tak perlu mencontoh orang lain dan daulatnya saat itu ke Kerajaan Malaka, karena kerajaan di Riau itu belum ada, saat raja kecik turun di Muntai sampai ke Ketam Putih. Saat itu berkumpul para batin berharap Raja Kecik untuk membuka kerajaan di Bengkalis, berdaulat ke Malaka karena sebelum ada kerajaan di Riau, lebih dulu batin- batin yang ada di Kampung Pulau Bengkalis ini daripada Kerajaan Siak. Utamakanlah budaya yang jelas akar permasalahannya, ini yang disebut dengan jati diri, jadi kita tidak boleh asal-asalan, contohnya di Riau ini kita akui ada Tengku, Said, Datuk. Jadi jangan orang yang sudah bergelar Raja dia pakai pula gelar Datuk, ini namanya sudah tidak jelas, " tegas Datok Bukhari. (Bersambung) 

Type and hit Enter to search

Close